![]() |
APAR jenis CO2 |
Berikutnya adalah APAR jenis CO2 atau Carbon Dioksida.
![]() |
APAR jenis CO2 |
Setelah mengetahui bahayanya petir, di artikel sebelumnya, klik link .. selanjutnya kita mulai menguraikan secara singkat solusi perlindungan bahaya sambaran petir satu per satu.
1. Menyediakan daerah proteksi ( sistem proteksi Eksternal )
Jika memperhatikan bahaya sambaran petir, maka sistem perlindungan petir harus mampu melindungi struktur bangunan atau fisik maupun melindungi peralatan dari sambaran langsung dengan yaitu dengan di pasangnya penangkal petir eksternal (External Protection).
Sistem proteksi Eksternal dilakukan dengan pemasangan penangkal petir, beberapa jenis metode penangkal petir, di uraikan singkat sebagai berikut:
Setelah tercipta api, komponen keempat yang muncul yaitu rantai reaksi kimia berantai (Chemical Chain Reaction). Secara praktis kita bayangkan reaksi keempat ini adalah ‘lem’ yang mencegah tiga komponen lain menjadi berantakan. Jadi ilustrasi yang sekarang digunakan adalah tetrahedron (empat piramida sisi).
Pada saat hujan sering kita saksikan adanya petir. Apakah petir sebenarnya? Jika kita merujuk ke Wikipedia, Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.
Petir merupakan gejala alam yang bisa dianalogikan dengan sebuah kondensator raksasa, saat lempeng pertama berupa awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng keduanya adalah bumi (dianggap netral). Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage). Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud) yang salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif.
Merupakan jenis APAR yang memisahkan/mengambil elemen Oxygen dari elemen penyusun segitiga api, dengan cara menyelimuti area yang disemprotkan untuk menghindari api yang dapat menyala kembali.
Bagaimana cara kerjanya?
Berikut secara singkat , APAR jenis ini menggunakan media berbahan kimia berbentuk busa atau foam yang stabil. Pada saat aktif maka karbon dioksida akan mendorong media ini sehingga keluar dari tabung APAR. Apa yang terjadi selanjutnya? Maka Foam atau busa yang keluar akan menyelimuti titik api, sehingga api akan padam karena oksigen tidak dapat masuk dan bereaksi dengan unsur-unsur lain pembentuk api.
Dimana APAR Foam ini digunakan?
![]() |
Source: www.indolok.id |
APAR ini menggunakan air sebagai media dengan tekanan tinggi. Harga APAR jenis ini yang paling terjangkau dan cocok untuk memadamkan api yang dikarenakan oleh bahan-bahan padat non-logam yang dikategorikan sebagai kebakaran kelas A, seperti kertas, karet, kain, Plastik dan lainnya. Namun APAR jenis dengan media air ini sangat berbahaya jika digunakan untuk kategori kebakaran kelas C, yaitu kebakaran yang disebabkan instalasi yang bertegangan.
Dengan bahasa sederhana APAR jenis air mampu mendinginkan bahan yang terbakar. Sangat efektif melawan kebakaran pada furnitur, kain, dll. (Termasuk kebakaran yang dalam), tetapi dapat digunakan dengan aman hanya jika listrik tidak ada.
Karena kecil dan mudah dibawa, APAR sangat ringan beratnya 1-16 Kg. Dan jika lebih dari 16 Kg, bukan lagi dinamakan APAR, tapi dinamakan sebagai Alat Pemadam Api Mobile Unit.
![]() |
ELCB produk Schneider |
![]() |
Contoh Rangkaian ELCB |
1. Penyediaan Referensi Tegangan Nol2. Keselamatan Manusia dari petir dan kerusakan jaringan tenaga listrik.3. Proteksi Struktur dan Infrastruktur dari petir dan kerusakan jaringan tenaga listrik.4. pembuangan Muatan Elektrostatis5. Proteksi pada perangkat elektronik6. Membatasi atau memperlemah ‘noise’ dan ‘interferensi’
1. Idealnya resitansi / impedansi ground harus NOL.2. Target dari sistem grounding adalah untuk mencapai nilai resistansi / impedansi ground yang serendah mungkin, yang optimal secara ekonomis dan secara fisis bisa direalisasikan.3. Standar NFPA1 dan IEEE2 merekomendasikan resistansi ground maksimal sebesar 5.0 ohm untuk sistem ground yang boleh digunakan.4. Industri telekomunikasi sering menetapkan angka 5.0 ohm untuk resitansi / impedansi maksimum sebagai angka-aman untuk sistem grounding dan bonding.
1. Panjang atau kedalaman elektrode ground.2. Diameter elektrode ground3. Jumlah elektrode ground yang digunakan4. Rancangan / topologi dari sistem ground yang digunakan.
1. Kandungan air dalam tanah2. Jenis dan Kualitas elektrolit yang terkandung dalam tanah3. Adanya konduktor yang berdekatan dengan elektrode4. Temperatur tanah
![]() |
![]() |
Bahan untuk tipe grounding -1 |